Yogyakarta - Setelah mengikuti lomba irit BBM Shell Eco-marathon di Malaysiadan meraih gelar untuk inovasi teknik, Universitas Gadjah Mada akan mengikuti kompetisi mobil Formula kelas Mahasiswa di Jepang.
Tim Bimasakti yang merupakan gabungan mahasiswa Teknik Mesin dan Industri yang akan mengikuti kompetisi ini. Tim ini berhasil membuat mobil Formula 350 cc dengan nama Bimasakti untuk mengikuti kompetisi 9th Student Formula SAE of Japan 2011.
Kompetisi ini diadakan oleh Japan Society of Automotive Engineers (JSAE). Kompetisi akan digelar pada tanggal 5-9 September 2011 di ECOPA (Ogasayama Sports Park) Jepang.
Acara peluncuran di lakukan di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Universitas Gadjah Mada (UGM), di Bulaksumur, Yogyakarta, Selasa (19/7/2011) oleh Rektor Prof Ir Sudjarwadi, MSc, PhD.
Bimasakti merupakan mobil formula buatan tim Bimasakti UGM yang terpilih sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia yang akan bertanding dalam kompetisi internasional tersebut. Bimasakti akan bertanding dengan 86 tim universitas ternama dari sejumlah negara. Beberapa diantaranya adalah China, India, Jepang, Korea Selatan, Pakistan, Australia dan Thailand.
Tim Bimasakti UGM beranggotakan 16 mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM. Keenambelas mahasiswa tersebut didamping tiga dosen pembimbing yaitu Dr. Fauzun S.T., M.T., Dr. Muhammad Agung Bramantya ST., MT., M.Eng., dan Dr. I Gusti Budi Dharma S.T., M. Eng.
"Mobil Bimasakti ini merupakan mobil formula sesuai standar mobil kelas mahasiswa dengan kualifikasi dibawah mobil formula 1, namun masih diatas mobil go-kart," ungkap Koordinator teknis tim Bimasakti, Akmal Irfan Majid kepada wartawan seusai test drive.
Menurut Akmal, pembuatan mobil Bimasakti dilakukan sejak bulan Januari. Saat ini sudah berhasil menyelesaikan tahap manufaktur dan penyelesaian kendaraan. Pembuatan mobil Bimasakti menelan biaya hingga Rp. 140 juta yang dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan material mobil.
"Dana tersebut di-back up secara keseluruhan oleh jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM. Sebelum diujicobakan di sekitar Boulevard UGM, mobil sudah dilakukan uji kelayaaan," katanya.
Akmal mengatakan mobil Bimasakti menggunakan mesin Suzuki Thunder 250 cc bantuan dari Ikatan Ahli Teknologi Otomotif (IATO). Guna mendapatkan performa maksimal, tim Bimasakti melakukan modifikasi dengan displacement 322 cc. "Dengan kapasitas mesin ini mobil dapat meluncur dengan kecepatan 140-160 km/jam," katanya.
Menurut dia, besarnya dana yang dikeluarkan untuk perakitan mobil Bimaskati dikarenakan harus menggunakan sejumlah material yang harus diimpor dari luar negeri. Untuk material frame menggunakan yang diatas 0,1 persen. Sementara yang dijual dipasaran Indonesia dibawah 0,1 persen.
"Kita harus menggunakan material impor. Untuk satu mobil dibutuhkan sekitar 12 batang frame, padahal 1 batang saja harga berkisar Rp 1,5 juta," katanya.
Akmal menambahkan, tim Bimasakti UGM berharap dapat meraih hasil yang terbaik dalam kompetisi tersebut. Sebab sebagai pendatang baru menyadari akan ketatnya persaingan kompetisi tersebut.
"Karena baru pertama kalinya ikut dalam event ini, kita tidak berharap muluk-muluk. Setidaknya penghargaan sebagai The Best Rookie Team, penghargaan khusus untuk tim pendatang baru terbaik bisa diraih," katanya.
Sementara itu Koordinator dosen pembimbing tim Bimasakti, Dr. Fauz Fauzun S.T., M.T., menambahkan menyebutkan kompetisi 9th Student Formula SAE of Japan 2011 merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Japan's Society of Automotive Engineers (JSAE) untuk membuat kendaraan formula dengan mesin 600cc. Pada kompetisi tersebut kendaraan yang dilombakan akan dinilai pada dua kategori yaitu static event yang mencakup analisis biaya, desain teknik, presentasi tim, serta dynamic event meliputi akselerasi kendaraan, efisiensi bahan bakar, daya tahan, autocross, skid-pad.
:.
0 komentar:
Posting Komentar