Anak yang tidak tumbuh tinggi alias kuntet umumnya lebih
terkait dengan masalah gizi. Tapi menurut penelitian, masalah kejiwaan
juga mempengaruhi karena jika ibunya sering sedih setelah melahirkan
maka anaknya cenderung jadi kuntet.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics tersebut menunjukkan jika seorang ibu yang memiliki riwayat depresi parah maka anaknya 40 persen lebih berisiko untuk menjadi kuntet. Pertumbuhan tinggi badan yang terhambat biasanya akan tampak di usia 4 tahun.
Masa yang paling kritis bagi para ibu menurut penelitian ini adalah 9 bulan pertama sejak melahirkan. Jika dalam periode ini mengalamui kesedihan yang berlarut-larut, maka risiko pertumbuhan tinggi badan anaknya tidak tumbuh maksimal akan lebih besar lagi.
"Penelitian ini menekankan pentingnya ibu untuk mengatasi depresi usai melahirkan," kata Pamela Surkan dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health yang melakukan penelitian ini seperti dikutip dari Medicaldaily, Selasa (11/9/2012).
Tidak diketahui pasti apa yang memicu kecenderungan ini, namun diduga masih ada hubungannya dengan faktor nutrisi meski tidak terkait langsung. Ibu yang depresi umumnya kehilangan nafsu makan, termasuk tidak peduli dengan apa saja yang dimakan oleh anaknya.
Dugaan lainnya adalah, ibu yang depresi cenderung mengalami masalah tidur. Ibu yang susah tidur atau jadwal tidurnya tidak teratur juga bisa mengganggu pola tidur anak waktu bayi, serta jadwal menyusui dan menyuapi anaknya dalam masa pertumbuhan berikutnya.
Sementara dari sisi anaknya sendiri, para peneliti menduga stres yang dialami ibu menular juga ke anak. Anak yang mengalami stres akan mengalami kelebihan hormon stres atau kortisol, yang menurut penelitian terdahulu juga bisa mempengaruhi hormon pertumbuhan.
0 komentar:
Posting Komentar