Jawa Timur merupakan daerah impian saya, Eno Dewati, untuk mencari
objek foto sekaligus berwisata. Mengapa daerah ini, menurut saya, karena
Jawa Timur merupakan daerah yang masih belum banyak ditoleh orang untuk
tujuan wisata. Tentu saja ini semakin menambah obsesi saya sebagai salah satu orang
dari sedikit orang yang berkunjung ke objek alam di sana. Suatu
kebanggan, jika belum banyak orang yang menjamah, tetapi saya bisa
menikmati wisata ini dengan puas. Saya sendiri selalu menghabiskan setiap akhir pekan ditemani kamera
kesayangan saya ini. Ini saya lakukan untuk mengistirahatkan rutinitas
saya sebagai Relations Publiques di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta.
Hingga beberapa waktu lalu saya mendapatkan pantai eksotik. Pantai
Klayar. Terletak di kecamatan Donorojo, kurang lebih 45 km dari Pacitan.
Pantai cantik dan sulit terjangkau. Ini yang saya rasakan.
Untuk sampai disini, saya harus menyiapkan tenaga ekstra melalui
jalan darat. Anda tidak dapat menggunakan akomodasi pesawat untuk
menjangkaunya.
Berangkat dari Yogyakarta menggunakan travel, saya menempuh waktu 3
jam. Kebetulan banyak travel tujuan Pacitan yang melayani frekuensi
perjalanan hingga tiga kali sehari. Uang yang saya keluarkan juga cukup
hemat, hanya Rp60 ribu untuk sampai di Pacitan dengan nyaman. Anda juga bisa berangkat dari Solo, tapi waktu tempuhnya sedikit
lebih lama. Sampai di pusat kota Pacitan, saya melanjutkan perburuan
dengan ojek selama kurang lebih 40 menit menuju Desa Kalak. Perjalanan menuju ke pantai Klayar ini sekaligus tantangan untuk
mengetes adrenalin saya. Melewati ruas jalan yang berkelok, bukit, hutan
jati, dan turunan yang cukup ekstrim. Namun, puas rasanya ketika terlihat sebuah pemandangan spektakuler
dari tempat tinggi sebelum memasuki pantai tersebut. Pemandangan yang
menggugah kekaguman! Perpaduan pahatan karang yang tersusun berjajar,
bebatuan, hamparan pasir putih yang lembut, dan langit biru yang membuat
saya jatuh hati. Saya pun langsung berlari ke arah timur dimana terdapat tebing-tebing
kapur yang gagah, seolah bukan berada di Indonesia. Gulungan ombak
pantai selatan menghempas karang yang ada di tengah pantai. Puas dari
tebing kapur ini saya menuju ke barat menaiki tebing berwarna kehijauan.
Di kawasan bebatuan karang tersebut, ada satu fenomena menarik di
mana warga setempat menyebutnya sebagai "air muncrat" atau "seruling
laut". Hempasan ombak laut dengan tekanan tinggi masuk ke rongga atau
gua kecil di dalam karang, terjebak bersama udara, semburan vertikal
melalui celah sempit, dan di saat yang sama menghasilkan bunyi desis
melengking. Konon, menurut mitos yang ada, berdiri di dekat celah ini
dan berbasah dengan "air muncrat" tadi bisa membawa khasiat awet muda.
Saya sangat merekomendasikan surga ini untuk Anda!
0 komentar:
Posting Komentar